Senin, 17 September 2018

Sharing bersama ustad Adriano Rusfi

Pada hakikatnya pendidikan anak yang utama ada di tangan ayah, maka tanggung jawab suami adalah mendidik anak, sedangkan mencari nafkah adalah aktivitas penunjang tanggung jawab itu.

Peran ayah dalam mendidik anak lelaki adalah,bagaimana membuat anak lelakinya yang ketika sudah baligh, sadar akan kewajiban mencari nafkah sendiri.

Kewajiban ayah yaitu membuat konsep pendidikan, menentukan visi misi strategi dan tujuan keluarga,
Lalu apakah peran istri? Peran istri adalah pelaksana, maka kewajiban utama istri / ibu adalah menjalankan misi, mengurus dan mengasuh sang buah hati.

Perihal rezeki suami dan istri.
Rezeki anak perempuan ada di tangan ayah nya, maka ketika menikah, Allah memindahkan rekening istri pada suami nya. Sehingga rezeki istri ada di suaminya.

Ketika istri tidak 'menghasilkan' uang, maka rezeki keluarga tidak akan berkurang, sebaliknya ketika istri 'menghasilkan' uang maka rezeki keluarga tidak akan bertambah.

Ah, engga juga ustad, buktinya sebelum saya kerja penghasilan kami dari suami sebesar 10jt, setelah saya ikut kerja, penghasilan kami per bulan bisa 15jt".

Padahal bukan seperti itu hitung - hitungn Allah, angka itu sebetulnya memang sudah rezeki mereka, yang seharusnya ada di tangan suami, namun karena istri ikut mengambil peran pekerjaan, maka rezeki yang seharusnya berada di rekening suami, Allah pindahkan melalui istri, simulasi nya seperti membuka rekening cabang.

Padahal meskipun istri tidak bekerja, bisa diupayakan dengan mendoakan suami, mendukung suami sepenuhnya, melayani suami anak sebaik -baik nya, mendidik anak dengan sebaik -baiknya, sehingga suami ridho, karena saat suami ridho maka rezeki akan bertambah.

Lalu bagaimana untuk yang singlet parent? Di dalam Islam adalah pengecualian untuk keadaan darurat, maka boleh, meskipun rezeki nya ternyata masih ada di titipkan di sodara laki2 nya, atau bahkan tetangga nya.

Ada penelitian terbaru, bahwa tidak hanya kualitas yang menjadi hal utama dalam pengasuhan anak, namun kuantitas juga berpengaruh pada perkembangan anak, faktanya jika kita mengelus dan mencium anak dengan intensitas yang banyak dan sering, anak akan lebih cerdas, lebih sehat karena daya tahan tubuh nya bertambah,yang pasti lebih bahagia dan merasa dirinya berharga.

Biasanya kendala ada di Orang tua sang istri yang menyayangkan akan sekolah tinggi anak nya, namun ortu harus sadar bahwa ketika ijab Qabul sudah terjadi, maka semua tanggung jawab dan keputusan sudah di tangan suami nya, bahkan seorang ayah yang ingin meminta dibuatkan minum oleh putrinya, harus meminta izin dulu pada suami nya.

Perihal kata jangan, pada fitrah nya seorang ibu paling banyak berkata jangan.
Maka parenting yang tidak membolehkan menggunakan jangan, akan sangat menyiksa para ibu. Memaksa ibu untuk berpikir panjang, yang akhirnya keburu lupa mau berkata apa.
Sebetulnya yang tidak boleh itu adalah berkata kalimat negatif, dan jangan itu bukan kalimat negatif , bisa jadi positif ketika menempatkan di kalimat yang tepat, contoh "jangan meninggalkan perintah Allah"
Jadi penggunaan kata jangan ini boleh-boleh saja ketika digunakan untuk perintah positif.

Mendidik adalah tanggung jawab bersama, perlu kerjasama yang baik dan pembagian peran yang baik antara suami dan istri, maka dalam doa anak Sholeh,

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

Alloohummaghfirlii waliwaalidayya warham humma kamaa rabbayaa nii shaghiiraa.

Artinya: “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

Do'a anak shalih pembeli surga , dalam do'a disebutkan bahwa karena 'mereka' telah mendidikku, menyayangi kami di waktu kecil.

 Maka berusahalah agar kata "mereka" dalam do'a itu adalah orang tua, bukan hanya guru2/ustadz yang mengajarkan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar